BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam paradigma Islam semakin beriman, orang
akan semakin mencari ilmu pengetahuan. Karena dalam Islam, ilmu dan iman itu
satu. Keduanya tak pernah bertentangan. Tetapi dalam sejarah Eropa abad ke-15,
para ilmuwan Eropa menyadari bahwa agama mereka ternayata disandra oleh
otoritas agama. Otoritas agama tidak bisa menerima kehadiran paradigma baru
tentang ilmu yang berasal dari Islam itu. Berilmu pengetahuan adalah memisahkan
antara ilmu dan iman. Padahal, konsep ilmu dalam Islam itu tidak demikian.
Al-kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, bahkan Bung Karno dan Bung Hatta saat menggali
pancasila sebagai dasar negara juga menggunakan perspektif al-Farabi, walaupun
begitu tidak menyadarinya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. apa pengertian filsafat islam?
2. apa pengertian filsafat barat?
3. apa perbedaan filsafat islam dan filafat
barat?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT ISLAM
Filsafat adalah kata majemuk yang berasal dari
bahasa Yunani, yakni philosophia dan philosophos. Philo berarti
cinta (loving), sedangkan shopia atau sophos, berarti pengetahuan
atau kebijaksanaan (wisdom). Jadi, filsafat secara sederhana berarti cinta pada
pengetahuan atau kebijaksanaan.
Kemudian, orang Arab memindahkan kata Yunani philosophia
ke dalam bahasa Arab menjadi falsafa. Hal ini sesuai dengan tabiat susunan
kata-kata Arab dengan pola fa ‘lala, fa’ lalah dan fi’ lal. Karena
itu, kata benda dari kata kerja falsafa seharusnya falsafah dan filsafat. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ini terpakai dengan sebutan filsafat.
Para penulis sejarah filsafat berasumsi bahwa
orang yang pertama menggunakan kata filsafat adalah Phytagoras (w.497 SM). Kata
ini digunakannya sebagai reaksi terhadap orang yang menamakan dirinya ahli
pengetahuan. Manusia, menurutnya, tidak akan mampu mencapai pengetahuan secara
keseluruhan walaupun akan menghabiskan semua umurnya. Oleh sebab itu, yang
pantas bagi manusia ialah pecinta pengetahuan (filosof), sehingga terkenal
ungkapannya: “Saya tidaklah ahli pengetahuan, karena ahli pengetahuan itu
khusus bagi Tuhan saja. Saya adalah filosof, yakni pecinta ilmu pengetahuan.”
Pandangan para orientalis abad ke-19, seperti
Tennemann dan E. Renan. Menurut mereka kendatipun orang-orang Islam melakukan
kegiatan mempelajari filsafat, namun
mereka tidak akan mungkin melahirkan filsafat sendiri. Alasan-alasan pandangan
mereka ini dapat dirangkum sebagai berikut.
1. Adanya kitab suci Al-Quran yang menegasikan kebebasan atau kemerdekaan
berpikir.
2. Karakter bangsa Arab yang tidak mungkin berfilsafat.
3. Bangsa Arab adalah ras Semit (al-samy), termasuk ras rendah bila dibandingkan
dengan bangsa Yunani ras Aria (al-Ary). Ras Semit mempunyai daya nalar yang
lemah dan tidak mampu berfilsafat, yang hanya dimiliki oleh ras Aria.
Alasan-alasan yang dikemukakan di atas tidak
mempunyai dasar sama sekali, bahkan mengandung kadar kezaaliman. Seperti kitab
suci Al-Quran dituding menegasikan kebebasan berpikir, padahal faktualnya tidak
sedikit ayat-ayat Al-Quran yang menganjurkan dan mendorong pemeluknya banyak
berpikir dan melakukan pengamatan dan penelitian dalam pelbagai bidang serta
mencela orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Bangsa
Arab, ras Semit sebelum Islam tidak berfilsafat, karena kondisinya dan bukan
karena rendahnya daya intelektual mereka. Ternyata setelah mereka memeluk Islam
dan kondisi mereka berubah dari masa Jahiliah, mereka mampu menguasai dan
menciptakan pelbagai bidang sains dan pemikiran filsafat. Sejarah mencatat,
bangsa Arab yang beragama Islam lebih dahulu menguasai sains dibandingkan
dengan bangsa Eropa dan Amerika. Sebenarnya atas jasa orang Islamlah bangsa
Barat mengenal filsafat Yunani dan dapat menikmati ilmu pengetahuan atau sains
yang mendorong timbulnya renaissance di Eropa yang menjadi cikal bakal
timbulnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Selain
itu, para orientalis juga mengatakan bahwa filsafat Islam itu tidak lain dari
filsafat Yunani yang ditulis dalam bahasa Arab atau filsafat Yunani yang
diislamkan. Tuduhan seperti ini juga sulit diterima bahkan tidak beralasan sama
sekali dan bertentangan dengan fakta sejarah seperti yang telah disinggung
sebelumnya. Memang bila dilihat dari sisi materi yang dibicarakan filsafat
Islam diantaranya sama dengan materi yang dibicarakan dalam filsafat Yunani,
sehingga terkesan bahwa filsafat Islam hanya sebagai pengalihan bahasa dari
filsafat Yunani. Akan tetapi, harus diingat bahwa materi yang sama tersebut di
tangan para filosof Muslimah mencapai kesempurnaan dan kedalaman pemikiran
filsafatnya di samping mengandung maksud yang berbeda.
Secara sederhana karakteristik filsafat Islam
dapat dirangkum menjadi tiga.
1. Filsafat Islam membahas masalah yang sudah pernah dibahas filsafat Yunani
dan lainnya, seperti ketuhanan, alam, dan roh. Akan tetapi, selain cara
penyelesaian dalam filsafat Islam berbeda dengan filsafat lain, para filosof
muslim juga mengembangkan dan menambahkan ke dalamnya hasil-hasil pemikiran
mereka sendiri.
2. Filsafat Islam membahas masalah yang belum pernah dibahas filsafat
sebelumnya seperti filsafat kenabian (al-nazhariyyat al-nubuwwat).
3. Dalam filsafat Islam terdapat pemaduan antara agama dan filsafat, antara
akidah dan hikmah, antara wahyu dan akal.
Jadi, yang disebut dengan filsafat Islam
adalah perkembangan pemikiran umat Islam dalam masalah ketuhanan, kenabian,
manusia, dan alam semesta yang disinari ajaran Islam.
Beberapa Filosof Muslim dari Berbagai Belahan,
diantaranya sebagai berikut:
v
Al-Kindi
Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’qub ibn Ishaq
al-Sabbah ibn Imran ibn Ismail ibn al-Asy’ats ibn Qais al-Kindi. Ia dilahirkan
di Kufah tahun 185/801. Karangan-karangan Al-Kindi mengenai filsafat menunjukan
ketelitian dan kecermatannya dalam memberikan batasan-batasan makna
istilah-istilah yang dipergunakan dalam terminologi ilmu filsafat.
Masalah-masalah filsafat yang ia bahas mencakup epistemologi, metafisika,
etika, dan sebagainya. Sebagaimana halnya para penganut aliran Pythagoras,
al-Kindi juga mengatakan bahwa matematika merupakan ilmu yang mendahului
filsafat. Tanpa menguasai matematika, orang tidak akan berfilsafat dengan baik.
v
Ibnu Sina
Lahir dan dibesarkan disuatu tempat yang bernama Asyfana,
dari daerah Bukhara. Sebenarnya hidup Ibnu Sina tidak pernah mengalami
ketenangan, dan usianya pun tidak panjang, ia meninggal dunia di Hamadzan, pada
usia 58 tahun. Meskipun banyak kesibukan-kesibukannya dalam urusan politik,
sehingga ia tidak banyak mempunyai kesempatan untuk mengarang, namun ia telah
berhasil meninggalkan berpuluh-puluh karangan.
v
Al-Ghazali
Al-Ghazali adalah orang yang pertama-tama mendalami
filsafat dan yang sanggup mengeritiknya pula. Menurut Al-Ghazali, lapangan
filsafat ada enam, yaitu matematika, logika, fisika, metafisika (ketuhanan),
politik dan etika. Hubungan lapangan-lapangan tersebut dengan agama tidak sama;
ada yang tidak berlawanan sama sekali dengan agama, dan ada pula yang sangat
berlawanan dengan agama.
B. FILSAFAT BARAT
Filsafat
barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di
Univesitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini
berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. namun pada hakikatnya,
tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat mengalami pemutusan rantai ketika
salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories, dan Porphyry
telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati
terhadap Boethius yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh
negara.
Tokoh
utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Rene descartes,
Immanuel Kant, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche,
dan Jean paul sartre.
Dalam tradisi filsafat Barat di
Indonesia sendiri yang notabene-nya adalah bekas jajahan bangsa Eropa-Belanda,
dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu.
Tema-tema tersebut adalah:
1. Tema Ontology
Ontology
membahas tentang masalah keberadaan sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan
secara empiris (kasat mata) misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk
hidup atau tata surya.
2. Tema Epistemology
Epistemology atau teori pengetahuan yang
berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian,
dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas peryataan mengenai pengetahuan
yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia
melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya metode
induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis, dan metode
dialektis.
3. tema aksiologi
Aksiologi
merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya.
C. PERBEDAAN FILSAFAT ISLAM DAN FILSAFAT BARAT
Banyak
pendapat yang mengatakan bahwa filsafat lahir dari Yunani, namun ada juga yang
mengatakan bahwa filsafat dimulai dari islam. Ada lagi yang berpendapat asal
mula filsafat gabungan dari keduanya.
Filsafat barat adalah hasil dari pemikiran
radikal oleh para filosof barat sejak abad pertengahan sampai abad modern.
Sedangkan filsafat islam adalah berpikir bebas, radikal dan berada pada taraf
makna yang mempunyai sifat, corak dan karakter yang menyelamatkan dan kedamian
hati.
Perjalanan filsafat barat dimulai dari masa
Yunani kuno yang terfokus pada pemikiran asal kejadian alam secara rasional.
Segala sesuatu harus atas dasar logika. Kemuadian masa abad pertengahan
filsafat berubah arah menjadi bersifat teosentrik, segala kebenaran ukurannya
adalah ketaatan pada gereja. Maka mereka banyak yang berasal dari kalangan
pendeta (agamawan). Pada perjalanan berikutnya para pendeta dogmatis itu
ditinggalpara ilmuan yang kemudian beralih pada pemikiran yang bercorak bebas,
radikal, dan rasional yang realis.
Filsafat
islam segala bentuk pemikiran ilmuan muslim yang mendalam secara teoritis maupun
empiris, bersifat universal yang berlandaskan wahyu. Filsafat islam merupakan
pengembangan filsafat plato dan aristoteles yang telah dilandasi dengan ajaran
islam dan memadukan antara filsafat dan agama, filsafat yang berciri religius
dan berusaha sekuat tenaga memasukkan teks agama dengan akal.
Tujuan
filsafat barat dan filsafat islam sebenarnya hampir sama. Namun karena
terjadinya perbedaan agama maka pada filsafat islam ada yang membatasinya,
yaitu menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan
akal sampai pada hakikatnya, jadi dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri.
Dalam filsafat membahas objeknya sampai kedalamannya, sampai ke radikal dan
totalitas.
KESIMPULAN
Filsafat
adalah kata majemuk yang berasal dari bahasa Yunani, yakni philosophia dan
philosophos. Philo berarti cinta (loving), sedangkan shopia atau sophos,
berarti pengetahuan atau kebijaksanaan (wisdom). Jadi, filsafat secara
sederhana berarti cinta pada pengetahuan atau kebijaksanaan.
Orang
Arab memindahkan kata Yunani philosophia ke dalam bahasa Arab menjadi falsafa.
Hal ini sesuai dengan tabiat susunan kata-kata Arab dengan pola fa ‘lala, fa’
lalah dan fi’ lal. Karena itu, kata benda dari kata kerja falsafa seharusnya
falsafah dan filsafat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ini terpakai
dengan sebutan filsafat.
Beberapa
Filosof Muslim dari Berbagai Belahan, diantaranya sebagai berikut:
1. al kindi
2. Ibnu Sina
3.Al- Ghazali
.
Filsafat barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di
Univesitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka.
Tokoh
utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Rene descartes,
Immanuel Kant, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche,
dan Jean paul sartre.
Tujuan
filsafat barat dan filsafat islam sebenarnya hampir sama. Namun karena
terjadinya perbedaan agama maka pada filsafat islam ada yang membatasinya,
yaitu menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan
akal sampai pada hakikatnya, jadi dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri.
Dalam filsafat membahas objeknya sampai kedalamannya, sampai ke radikal dan
totalitas.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi Ahmad, 1996, pengantar filsafat islam, Jakarta:bulan
bintang
https://www.materipendidikan.info/2017/12/perbedaan-filsafat-islam-dan-filsafat.html?=1
Maftukhin, 2012, filsafat islam, Yogyakarta:sukses
offset
Zar Sirajuddin, 2010, filsafat islam,
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar