Kamis, 07 Juni 2018

Filsafat Islam dan Filsafat Barat


                                                            BAB I
                                                  PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
            Dalam paradigma Islam semakin beriman, orang akan semakin mencari ilmu pengetahuan. Karena dalam Islam, ilmu dan iman itu satu. Keduanya tak pernah bertentangan. Tetapi dalam sejarah Eropa abad ke-15, para ilmuwan Eropa menyadari bahwa agama mereka ternayata disandra oleh otoritas agama. Otoritas agama tidak bisa menerima kehadiran paradigma baru tentang ilmu yang berasal dari Islam itu. Berilmu pengetahuan adalah memisahkan antara ilmu dan iman. Padahal, konsep ilmu dalam Islam itu tidak demikian. Al-kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, bahkan Bung Karno dan Bung Hatta saat menggali pancasila sebagai dasar negara juga menggunakan perspektif al-Farabi, walaupun begitu tidak menyadarinya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. apa pengertian filsafat islam?
2. apa pengertian filsafat barat?
3. apa perbedaan filsafat islam dan filafat barat?



                                                            BAB II
                 PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT ISLAM
Filsafat adalah kata majemuk yang berasal dari bahasa Yunani, yakni philosophia dan philosophos. Philo berarti cinta (loving), sedangkan shopia atau sophos, berarti pengetahuan atau kebijaksanaan (wisdom). Jadi, filsafat secara sederhana berarti cinta pada pengetahuan atau kebijaksanaan.
Kemudian, orang Arab memindahkan kata Yunani philosophia ke dalam bahasa Arab menjadi falsafa. Hal ini sesuai dengan tabiat susunan kata-kata Arab dengan pola fa ‘lala, fa’ lalah dan fi’ lal. Karena itu, kata benda dari kata kerja falsafa seharusnya falsafah dan filsafat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ini terpakai dengan sebutan filsafat.
Para penulis sejarah filsafat berasumsi bahwa orang yang pertama menggunakan kata filsafat adalah Phytagoras (w.497 SM). Kata ini digunakannya sebagai reaksi terhadap orang yang menamakan dirinya ahli pengetahuan. Manusia, menurutnya, tidak akan mampu mencapai pengetahuan secara keseluruhan walaupun akan menghabiskan semua umurnya. Oleh sebab itu, yang pantas bagi manusia ialah pecinta pengetahuan (filosof), sehingga terkenal ungkapannya: “Saya tidaklah ahli pengetahuan, karena ahli pengetahuan itu khusus bagi Tuhan saja. Saya adalah filosof, yakni pecinta ilmu pengetahuan.”
Pandangan para orientalis abad ke-19, seperti Tennemann dan E. Renan. Menurut mereka kendatipun orang-orang Islam melakukan kegiatan  mempelajari filsafat, namun mereka tidak akan mungkin melahirkan filsafat sendiri. Alasan-alasan pandangan mereka ini dapat dirangkum sebagai berikut.
1.      Adanya kitab suci Al-Quran yang menegasikan kebebasan atau kemerdekaan berpikir.
2.      Karakter bangsa Arab yang tidak mungkin berfilsafat.
3.      Bangsa Arab adalah ras Semit (al-samy), termasuk ras rendah bila dibandingkan dengan bangsa Yunani ras Aria (al-Ary). Ras Semit mempunyai daya nalar yang lemah dan tidak mampu berfilsafat, yang hanya dimiliki oleh ras Aria.
Alasan-alasan yang dikemukakan di atas tidak mempunyai dasar sama sekali, bahkan mengandung kadar kezaaliman. Seperti kitab suci Al-Quran dituding menegasikan kebebasan berpikir, padahal faktualnya tidak sedikit ayat-ayat Al-Quran yang menganjurkan dan mendorong pemeluknya banyak berpikir dan melakukan pengamatan dan penelitian dalam pelbagai bidang serta mencela orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
            Bangsa Arab, ras Semit sebelum Islam tidak berfilsafat, karena kondisinya dan bukan karena rendahnya daya intelektual mereka. Ternyata setelah mereka memeluk Islam dan kondisi mereka berubah dari masa Jahiliah, mereka mampu menguasai dan menciptakan pelbagai bidang sains dan pemikiran filsafat. Sejarah mencatat, bangsa Arab yang beragama Islam lebih dahulu menguasai sains dibandingkan dengan bangsa Eropa dan Amerika. Sebenarnya atas jasa orang Islamlah bangsa Barat mengenal filsafat Yunani dan dapat menikmati ilmu pengetahuan atau sains yang mendorong timbulnya renaissance di Eropa yang menjadi cikal bakal timbulnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
            Selain itu, para orientalis juga mengatakan bahwa filsafat Islam itu tidak lain dari filsafat Yunani yang ditulis dalam bahasa Arab atau filsafat Yunani yang diislamkan. Tuduhan seperti ini juga sulit diterima bahkan tidak beralasan sama sekali dan bertentangan dengan fakta sejarah seperti yang telah disinggung sebelumnya. Memang bila dilihat dari sisi materi yang dibicarakan filsafat Islam diantaranya sama dengan materi yang dibicarakan dalam filsafat Yunani, sehingga terkesan bahwa filsafat Islam hanya sebagai pengalihan bahasa dari filsafat Yunani. Akan tetapi, harus diingat bahwa materi yang sama tersebut di tangan para filosof Muslimah mencapai kesempurnaan dan kedalaman pemikiran filsafatnya di samping mengandung maksud yang berbeda. 
Secara sederhana karakteristik filsafat Islam dapat dirangkum menjadi tiga.           
1.      Filsafat Islam membahas masalah yang sudah pernah dibahas filsafat Yunani dan lainnya, seperti ketuhanan, alam, dan roh. Akan tetapi, selain cara penyelesaian dalam filsafat Islam berbeda dengan filsafat lain, para filosof muslim juga mengembangkan dan menambahkan ke dalamnya hasil-hasil pemikiran mereka sendiri.
2.      Filsafat Islam membahas masalah yang belum pernah dibahas filsafat sebelumnya seperti filsafat kenabian (al-nazhariyyat al-nubuwwat).
3.      Dalam filsafat Islam terdapat pemaduan antara agama dan filsafat, antara akidah dan hikmah, antara wahyu dan akal.
Jadi, yang disebut dengan filsafat Islam adalah perkembangan pemikiran umat Islam dalam masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang disinari ajaran Islam.
Beberapa Filosof Muslim dari Berbagai Belahan, diantaranya sebagai berikut:
v  Al-Kindi
Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’qub ibn Ishaq al-Sabbah ibn Imran ibn Ismail ibn al-Asy’ats ibn Qais al-Kindi. Ia dilahirkan di Kufah tahun 185/801. Karangan-karangan Al-Kindi mengenai filsafat menunjukan ketelitian dan kecermatannya dalam memberikan batasan-batasan makna istilah-istilah yang dipergunakan dalam terminologi ilmu filsafat. Masalah-masalah filsafat yang ia bahas mencakup epistemologi, metafisika, etika, dan sebagainya. Sebagaimana halnya para penganut aliran Pythagoras, al-Kindi juga mengatakan bahwa matematika merupakan ilmu yang mendahului filsafat. Tanpa menguasai matematika, orang tidak akan berfilsafat dengan baik.
v  Ibnu Sina
Lahir dan dibesarkan disuatu tempat yang bernama Asyfana, dari daerah Bukhara. Sebenarnya hidup Ibnu Sina tidak pernah mengalami ketenangan, dan usianya pun tidak panjang, ia meninggal dunia di Hamadzan, pada usia 58 tahun. Meskipun banyak kesibukan-kesibukannya dalam urusan politik, sehingga ia tidak banyak mempunyai kesempatan untuk mengarang, namun ia telah berhasil meninggalkan berpuluh-puluh karangan.

v  Al-Ghazali
Al-Ghazali adalah orang yang pertama-tama mendalami filsafat dan yang sanggup mengeritiknya pula. Menurut Al-Ghazali, lapangan filsafat ada enam, yaitu matematika, logika, fisika, metafisika (ketuhanan), politik dan etika. Hubungan lapangan-lapangan tersebut dengan agama tidak sama; ada yang tidak berlawanan sama sekali dengan agama, dan ada pula yang sangat berlawanan dengan agama.

B. FILSAFAT BARAT
            Filsafat barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di Univesitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. namun pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat mengalami pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories, dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara.
            Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Rene descartes, Immanuel Kant, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean paul sartre.
            Dalam tradisi filsafat Barat di Indonesia sendiri yang notabene-nya adalah bekas jajahan bangsa Eropa-Belanda, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. Tema-tema tersebut adalah:
1. Tema Ontology
            Ontology membahas tentang masalah keberadaan sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata) misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup atau tata surya.
2. Tema Epistemology
             Epistemology atau teori pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas peryataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis, dan metode dialektis.
3. tema aksiologi
            Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
C. PERBEDAAN FILSAFAT ISLAM DAN FILSAFAT BARAT
            Banyak pendapat yang mengatakan bahwa filsafat lahir dari Yunani, namun ada juga yang mengatakan bahwa filsafat dimulai dari islam. Ada lagi yang berpendapat asal mula filsafat gabungan dari keduanya.
 Filsafat barat adalah hasil dari pemikiran radikal oleh para filosof barat sejak abad pertengahan sampai abad modern. Sedangkan filsafat islam adalah berpikir bebas, radikal dan berada pada taraf makna yang mempunyai sifat, corak dan karakter yang menyelamatkan dan kedamian hati.
Perjalanan filsafat barat dimulai dari masa Yunani kuno yang terfokus pada pemikiran asal kejadian alam secara rasional. Segala sesuatu harus atas dasar logika. Kemuadian masa abad pertengahan filsafat berubah arah menjadi bersifat teosentrik, segala kebenaran ukurannya adalah ketaatan pada gereja. Maka mereka banyak yang berasal dari kalangan pendeta (agamawan). Pada perjalanan berikutnya para pendeta dogmatis itu ditinggalpara ilmuan yang kemudian beralih pada pemikiran yang bercorak bebas, radikal, dan rasional yang realis.
            Filsafat islam segala bentuk pemikiran ilmuan muslim yang mendalam secara teoritis maupun empiris, bersifat universal yang berlandaskan wahyu. Filsafat islam merupakan pengembangan filsafat plato dan aristoteles yang telah dilandasi dengan ajaran islam dan memadukan antara filsafat dan agama, filsafat yang berciri religius dan berusaha sekuat tenaga memasukkan teks agama dengan akal.
            Tujuan filsafat barat dan filsafat islam sebenarnya hampir sama. Namun karena terjadinya perbedaan agama maka pada filsafat islam ada yang membatasinya, yaitu menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya, jadi dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri. Dalam filsafat membahas objeknya sampai kedalamannya, sampai ke radikal dan totalitas.

KESIMPULAN
            Filsafat adalah kata majemuk yang berasal dari bahasa Yunani, yakni philosophia dan philosophos. Philo berarti cinta (loving), sedangkan shopia atau sophos, berarti pengetahuan atau kebijaksanaan (wisdom). Jadi, filsafat secara sederhana berarti cinta pada pengetahuan atau kebijaksanaan.
            Orang Arab memindahkan kata Yunani philosophia ke dalam bahasa Arab menjadi falsafa. Hal ini sesuai dengan tabiat susunan kata-kata Arab dengan pola fa ‘lala, fa’ lalah dan fi’ lal. Karena itu, kata benda dari kata kerja falsafa seharusnya falsafah dan filsafat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ini terpakai dengan sebutan filsafat.
            Beberapa Filosof Muslim dari Berbagai Belahan, diantaranya sebagai berikut:
1. al kindi
2. Ibnu Sina
3.Al- Ghazali
            . Filsafat barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di Univesitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka.
            Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Rene descartes, Immanuel Kant, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean paul sartre.
            Tujuan filsafat barat dan filsafat islam sebenarnya hampir sama. Namun karena terjadinya perbedaan agama maka pada filsafat islam ada yang membatasinya, yaitu menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya, jadi dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri. Dalam filsafat membahas objeknya sampai kedalamannya, sampai ke radikal dan totalitas.

DAFTAR PUSTAKA
Hanafi Ahmad, 1996,  pengantar filsafat islam, Jakarta:bulan bintang
https://www.materipendidikan.info/2017/12/perbedaan-filsafat-islam-dan-filsafat.html?=1
Maftukhin, 2012, filsafat islam, Yogyakarta:sukses offset
Zar Sirajuddin, 2010, filsafat islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TES EPPS

BAB I PENDAHULUAN   1. Latar Belakang Tes Potensi Akademik adalah sebuah tes yang bertujuan untuk mengukur kemampuan seseorang di ...